Monday, December 6, 2010

Foto Kegiatan Ekosistem Mangrove

 Anggota Kelompok Ekosistem Mangrove

Perjalanan menuju kawasan penelitian 



Mangrove :





















Beberapa biota yang terdapat di kawasan ekosistem mangrove :



Foto Kegiatan Terumbu Karang

  •  Anggota Kelompok Ekosistem Terumbu Karang



  • Hasil Pengamatan













  • Biota yang terdapat pada Ekosistem Terumbu Karang :







Foto Kegiatan Ekosistem Padang Lamun













  • Kawasan Konservasi Padang Lamun



  •  Anggota dari Kelompok Ekosistem Padang Lamun
  • Padang Lamun yang terendam oleh Air Laut

  •  Situasi alam di daerah konservasi

  • Seluruh Anggota

Foto Kegiatan Ekosistem Estuaria

Anggota Kelompok Ekosistem Estuari

 Biota di Estuari

 Estuari
 Pengamatan

  Pengamatan

 Pengamatan
Pengamatan

Ekosistem Terumbu Karang


PENDAHULUAN
1.         Latar Belakang
Indonesia merupakan  negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai 17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang.
Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan  beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).
2.         Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih terperinci tentang morfologi, fisiologi, habitat, dan manfaat dari terumbu karang.
ISI
1.                  Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih.
2.         Tipe-tipe Terumbu Karang

2.1 Berdasarkan Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
  1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
  2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.

2.2       Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
1.         Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2.         Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3.         Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
4.         Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.

Ekosistem Padang Lamun


PENDAHULUAN
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Samahalnya dengan padang rumput di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas, lebar, padat dan produktif di dasar laut sehingga dinamakan padang lamun.
Padang lamun yang baik bercirikan ekos istem perairan dangkal yang kompleks, memiliki produktivitas hayati yang tinggi, dan merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologis maupuin secara ekonomis.
 Di Indonesia tersebar di perairan Pulau Jawa,Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua(Irian Jaya).
Meskipun lamun terjadi di seluruh daerah pesisir negara, mereka yang paling berlimpah dari Tarpon Springs utara sampai Apalachee Bay. Lamun terjadi di teluk dilindungi dan laguna dan juga di tempat-tempat di sepanjang landas kontinen di Teluk Meksiko
Faktor pertumbuhan :
  • Perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir lunak dan tebal 
  • Kedalaman tidak lebih dari 2-12 m, sehingga sinar matahari dapat menembus
  • Kecerahan 
  • Temperatur (antara 20°-30° C dan tropis) 
  • Salinitas (antara 25-35 per mil atau 10%-40% dengan optimum 35%) 
  • Substrat (kedalaman sedimen yang cukup dengan peranan sebagai pelindung tanaman dari arus laut, tempat pengolahan dan pemasok nutrien 
  • Kecepatan arus sekitar 0,5 m/s.
Fungsi padang lamun :
Ø  Sebagai produsen primer, bagi misalnya duyung (Dugong dugon), udang, bulu babi, penyuhijau (Chelonia mydas) serta jenis-jenis ikan herbivora dan ikan karang
Ø  Pendaur zat hara (penyaring zat-zat pencemar yang berbahaya)
Ø  Sebagai habitat, Di padang lamun, juga tumbuh berbagai jenis rumput laut, yang terdiri dari 18 jenis yaitu 9 dari jenis alge hijau (chlorophyta), 3 jenis adri algae coklat (phaeophyta) dan 6 jenis algae merah ( Rhodophyta). Keberadan rumput laut ini tentukan akan memperkaya padang lamun sehingga bisa membentuk suatu komunitas  yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut.
Ø  Sebagai tempat  mencari  makan dan tempat berkembangbiaknya ikan-ikan kecil, udang dan kerang.
Ø  Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari
Ø  Menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang sehingga terhindar dari erosi danabrasi.
Ø  Sebagai Penangkap sedimen: memperlambat gerakan air dari arus dan ombak, sedimen ditangkap dan digabungkan, air menjadi jernih
Pemanfaatan Padang Lamun
  1. Tempat kegiatan marikultur berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram
  2. Tempat rekreasi
  3. Sebagai pariwisata
  4. Pembuatan pupuk dan kertas.

Penyebab Kerusakan Pada Padang Lamun
1)      Sedimentasi dari daratan;
2)      Pencemaran
3)      Disebabkan oleh aktivitas manusia
  •  Pengerukan dan Pengurukan
  • Sampah (buangan limbah industri, limbah rumah tangga atau sampah organik, serta limbah minyak) 
  • Reklamasi pantai 
  • Pembangunan real estate pinggir laut,

Ekosistem Mangrove


A. Definisi Mangrove
Kata ‘mangrove’ merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove . Dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut dan untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedang dalam bahasa Portugis kata ’mangrove’ digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata ’mangal’ digunakan untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.
Dengan demikian hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (hewan dan tumbuhan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hutan mangrove. Antara lain tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, hutan payau dan hutan bakau. Khusus untuk penyebutan hutan bakau, sebenarnya istilah ini kurang sesuai untuk menggambarkan mangrove sebagai komunitas berbagai tumbuhan yang berasosiasi dengan lingkungan mangrove. Di Indonesia, istilah bakau digunakan untuk menyebut salah satu genus vegetasi mangrove, yaitu Rhizopora. Sedangkan kenyataannya mangrove terdiri dari banyak genus dan berbagai jenis, sehingga penyebutan hutan mangrove dengan istilah hutan bakau sebaiknya dihindari.
Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
          Secara ringkas ekosistem mangrove terbentuk dari unsur-unsur sebagai berikut :
a. spesies pohon dan semak yang benar-benar memiliki habitat terbatas di lingkungan mangrove (exclusive mangrove)
b. spesies pohon dan semak yang mampu hidup di lingkungan mangrove dan di luar lingkungan mangrove (non-exclusive mangrove)
c. berbagai biota yang hidupnya berasosiasi dengan lingkungan mangrove, baik biota yang keberadaannya bersifat menetap, sekedar singgah mencari makan maupun biota yang keberadaannya jarang ditemukan di lingkungan mangrove
d. berbagai proses yang terjadi di ekosistem mangrove untuk mempertahankan keberadaan ekosistem mangrove itu sendiri
e. hamparan lumpur yang berada di batas hutan sebenarnya dengan laut
f. sumber daya manusia yang berada di sekitar ekosistem mangrove

B. Luas dan penyebaran
Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.
Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
C. Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik  dan sub-tropik. Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologik sebagai berikut:
(a). Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang  berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang;
(b). Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri;
(c). Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur;
(d). Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari 20ºC;
(e). Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt;
(f). Arus laut tidak terlalu deras;
(g). Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat;
(h). Topografi pantai yang datar/landai.
Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-daerah pantai yang dangkal,  muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada teluk.

D. Zonasi Mangrove
Identifikasi zonasi didasarkan pada jenis mangrove atau kelompok jenis mangrove dan dinamakan sesuai dengan jenis vegetasi yang dominan, yang tumbuh pada areal tertentu. Beberapa faktor penting yang dianggap paling berperan dalam pembentukan zonasi mangrove antara lain sebagai berikut :
a. pasang surut air laut yang secara langsung mengontrol ketinggian muka air dan salinitas air serta tanah
b. tipe tanah yang berkorelasi langsung dengan aerase, draenase dan tinggi muka air
c. kadar garam air dan tanah
d. cahaya yang berkorelasi langsung dengan daya tumbuh semaian
e. pasokan dan aliran air tawar
Menurut Giesen dkk ( - ), zonasi yang paling umum dijumpai ada empat macam, yaitu :
a. The Exposed Mangrove (zona terluar, paling dekat dengan laut). Secara umum zona ini didominasi olehSonneratia alba, Avicennia alba dan Avicennia marina
b. Central Mangrove (zona pertengahan antara lat dan darat). Secara umum zona ini didominasi oleh jenis-jenis Rhizopora, kadang juga ditemui jenis-jenis Bruguiera
c. The Rear Mangrove (back mangrove, landward mangrove, areal yang paling dekat dengan daratan). Zona ini biasanya tergenangi oleh pasang tinggi saja. Seringkali didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera,Lumnitzera, Xylocarpus dan Pandanus sp
d. Brackish Stream Mangrove (aliran sungai dekat mangrove yang berair payau). Pada zona ini sering dijumpai komunitas Nypa frutican dan kadang dijumpai Sonneratia caseolaris serta Xylocarpus granatum


Klasifikasi Hutan Mangrove Berdasarkan Geomorfologi
1. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 meter.
2.Fringe mangrove forest
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum adalah sekitar 10 meter.
3.Riverine mangrove forest
Kelompok ini mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk,  merupakan daerah pembilasan reguler.  Ketiga jenis bakau, yaitu putih  (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans) dan mangrove  merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 meter.
4. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam  rawa Karena tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya  cekungan atau terusan ke arah pantai.  Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas tetapi ke arah yang  lebih dekat pulau, mangrove putih dan  hitam lebih mendominasi. Pohon dapat  mencapai tinggi 15 meter.
5. Hammock forest
Biasanya serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada  lokasi sedikit lebih tinggi dari area  yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi  tingginya jarang lebih dari 5 meter.
6.Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas ini secara khas ditemukan  di pinggiran yang rendah. Semua dari  tiga jenis ditemukan tetapi jarang  melebihi 1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.

E. Flora mangrove
Berdasarkan peran vegetasi terhadap habitat mangrove, Chapman dalam Kusmana (2003) membagi flora mangrove menjadi dua kategori, yaitu :
1. Flora Mangrove Inti, yaitu flora mangrove yang memiliki peran ekologi utama dalam formasi mangrove. Contohnya adalah genus Rhizopora, BruguieraCeriops, Kandelia, Sonneratia, Avicennia, Nypa, Xylocarpus, DerrisAcanthus, Lumnitzera, Schypipora dan Dolichandrone
2. Flora Mangrove Peripheral (pinggiran), yaitu flora mangrove yang secara ekologi berperan dalam formasi mangrove, tetapi flora tersebut juga berperan penting dalam formasi hutan lain. Contohnya adalahExcoecaria agalochaAcrostichum aureumCerbera manghasHeritiera litoralis dan Hibiscus tilliaceus.

F. Fauna mangrove
Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove.  Berbagai fauna tersebut menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.
Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia.  Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut.  Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain.  Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae.  Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.  Para peneliti melaporkan bahwa fauna laut tersebut merupakan komponen utama fauna hutan mangrove.

G. Manfaat dan fungsi mangrove
Secara Fisik
  • Penahan abrasi pantai.
  • Penahan intrusi (peresapan) air laut.
  • Penahan angin.
  • Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.
Secara Biologi
  • Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan dan udang).
  • Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
  • Tempat hidup berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung.
Secara Sosial Ekonomi
  • Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian).
  • Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun nipah untuk pembuatan atap rumah.
  • Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.
  • Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).
  • Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin atap dan gula nipah.
H. Pengembangbiakan
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.
Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa(Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.